Sabtu, 24 September 2011

Dalam surat Al-Fajr Allah SWT Berfirman  :
1. Demi fajar,
2. dan malam yang sepuluh (*),
3. dan yang genap dan yang ganjil,
4. dan malam bila berlalu.
5. pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal.
6. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Aad?

(*) Malam yang sepuluh itu ialah malam sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan. dan ada pula yang mengatakan sepuluh yang pertama dari bulan Muharram Termasuk di dalamnya hari Asyura. ada pula yang mengatakan bahwa malam sepuluh itu ialah sepuluh malam pertama bulan Zulhijjah.
Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw bersabda :
“Tiada hari yang paling disenangi oleh Allah waktu dia disembah padda hari itu, dari pada sepuluh awal bulan Dzulhijjah, berpuasa setiap hari pada sepuluh awal bulan itu, nilainya sebanding dengan puasa setahun, dan beribadat/shalat setiap malam sepuluh awal bulan itu, nilainya sama dengan ibadah/shalat pada malam Lailatul Qadar”.
Dituturkan dalam sebuah hadits, bahwa Nabi Musa as, mengadu, katanya : “Ya Tuhan, aku telah berdo’a, tetapi Engkau belum berkenan memenuhinya, untuk itu, ajarkanlah kepadaku ilmunya bagaimana cara aku berdo’a kepada-Mu”. Jawab Allah SWT lewat wahyu-Nya : “Hai Musa, ketika masuk sepuluh awal bulan Dzulhijjah, pada hari-hari itu, ucapkanlah : Laailaha illallah” Pasti Kupenuhi hajatmu. Sahut Musa as : “ Ya Tuhan kalaw kalimat itu semua hamba-Mu telah mengucapkannya”. Jawab Allah SWT dengan firman-Nya : “Hai Musa, siapa mengucapkan kalimat tauhid itu pada hari ini (sepuluh awal bulan Dzulhijjah) hanya 1x, jika langit tujuh dan bumi tujuh ditaruh pada papan timbangan, dan kalimat tauhid itu ditaruh pada papan timbangan lawannya, pasti kalimat tauhid itulah yang memenangkan dalam timbangan, mengalahkan semuanya”.
Pada hari pertama bulan Dzulhijjah Allah mengampuni dosa Nabi Adam as. Maka barang siapa yang berpuasa pada hari itu Allah pasti mengampuni segala dosanya. Pada hari kedua Allah mengabulkan do’a Nabi Yunus as.hingga ia keluar dari dalam perut ikan besar, maka siapa berpuasa pada hari itu, adalah seperti beribadah setahun, bersih dari laku maksiat dalam ibadahnya. Pada hari ketiga Allah mengabulkan do’a Nabi Zakaria as. Maka siapa berpuasa pada hari itu pasti do’anya dikabulkan. Pada hari keempat lahirnya Nabi Isa as. Maka siapa berpuasa pada hari itu Allah melenyapkan kesusahan dan kefakirannya. Pada hari kelima Nabi Musa as. Lahir, maka siapa berpuasa pada hari itu, terbebas dari sifat nifak dan siksa kubur. Pada hari Keenam Allah membuka kebaikan bagi Nabi-Nya, maka siapa berpuasa pada hari itu, Allah memandangnya penuh rahmat. Pada hari ketujuh semua pintu neraka jahanam ditutup, tiada terbuka sampai habis sepuluh awal bulan Dzulhijjah, maka siapa berpuasa pada hari itu, Allah menghindarkan darinya 30 pintu kesulitan, dan membukakan baginya 30 pintu kemudahan. Pada hari kedelapan yang dikenal dengan hari tarwiyah, maka siapa berpuasa pada hari itu diberi pahala sebesar-besarnya, tiada yang tahu jumlahnya kecuali Allah swt.  Pada hari kesembilan dikenal dengan hari ‘arafah, maka siapa berpuasa pada hari itu, berarti dapat menebus dosanya pada tahun terdahulu dan tahun mendatang. Dan pada hari kesepuluh adalah hari raya ‘Idul Ad-ha, siapa mendekat kepada Allah dengan berkorban sesuatu/hewan kurban, maka mulai tetesan darah yang jatuh, Allah swt. Mengampuni dosa-dosanya dan keluarganya, maka siapa member makan orang mukmin atau bersedekah dengan suatu pemberian, kelak di hari kiamat ia dibangkitkan oleh Allah terasa aman, timbangan amal baiknya melebihi gunung Uhud

Jumat, 23 September 2011

“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.”. (QS. Al-A’raf  34)
Umur manusia masing-masing telah ditentukan ajalnya, Ini berarti umur bukanlah semakin bertambah, tetapi sebaliknya dari tahun ke tahun justru malah berkurang.
Hari ini hidup, tetapi siapa tahu kalau besok pagi mati. Hari ini menikmati tahun baru, tetapi siapa tahu besok tahun depan sudah berada di liang kubur. Sehubungan dengan hal ini ada sebuah riwayat yang menerangkan bahwa pada suatu hari anak Umar bin Khaththab kembali pulang dari sekolah dengan menangis. Ketika ditanya oleh ayahnya, lalu anak itu menjawab : “Wahai ayahku, teman-temanku di sekolah menghitung-hitung tambalan bajuku dan mengejekku dengan ucapan begini : “Lihatlah anak Amiril Mukminin, bajunya tamblan seperti ini.”
Mendengar pengaduan anaknya itu timbullah rasa kasihan dalam hati Umar bin Khaththab terhadap anaknya. Oleh karena itu beliau mengirim surat kepada bendaharawan Negara yang isinya minta agar beliau dipinjami uag sebanyak 4 dirham, dengan jaminan gajinya bulan depan dipotong. Kemudian bendaharawan itu mengirim surat jawaban yang isinya demikian : “Wahai Umar, adakah engkau telah dapat memastikan bahwa engkau akan hidup sampai bulan depan? Bagaimana kalau engkau mati belum melunasi hutangmu? Apa yang engkau perbuat terhadap utangmu dihadapan Allah?

Membaca surat dari bendaharawan Negara itu maka seketika Umar tersungkur menangis, lalu beliau menasehati dan berkata kepada anaknya “ “Wahai anakku, berangkatlah ke sekolah sebagaimana biasa, karena aku tidak memperhitungkan umurku walaupun sejam lagi.”
Demikianlah keterbatasan umur dan siapapun tidak tahu tentang batas umur yang telah ditentukan oleh Allah swt. Oleh karena itu pergunakan kesempatan hidup di dunia yang terbatas ini dengan meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt.
Rasulullah saw pernah bersabda :
“Tanda kecelakaan itu ada empat :
1.  Tidak mengingat dosa-dosa yang telah lalu, padahal dosa-dosa itu tersimpan di sisi Allah.
2.  Menyebut-nyebut segala kebaikan yang telah diperbuat, padahal siapapun tidak tahu apakah kebaikan-kabaikan itu diterima atau ditolak.
3.  memandang orang yang lebih unggul/bermateri  dalam soal duniawi.
4.  Memandang orang yang lebih rendah dalam soal agama.Allah Ta’ala berfirman :”Aku menghenaki dia, sedang dia tidak menghendaki Aku, maka dia Aku tinggalkan.”
“Sebaik-baik manusia ialah orang yang panjang umurnya serta baik amalnya.
(HR. Ahmad)
Berbahagialah bagi orang yang memperoleh kesempatan memasuki tahun baru dan mensyukuri nikmat umur tersebut seraya berharap taufiq, hidayah serta inayah Allah swt, semoga perjalanan hidup ini sesuai dengan tuntunan yang diridlai-Nya.